A. BELAJAR
EFEKTIF
Setiap siswa di sekolah
sudah tentu ingin mencapai prestasi belajar semaksimal mungkin. Prestasi
belajar yang maksimal merupakan jalan yang dapat memudahkan proses kelanjutan
studi dan pencapaian cita-cita. Akan tetapi, usaha untuk itu tidak selalu mudah.
Tidak sedikit siswa mengalami berbagai hambatan atau kesulitan dalam proses
belajar mereka. Hambatan atau kesulitan belajar tentu saja dapat mengakibatkan
kegagalan dalam mencapai prestasi yang maksimal.
Cara belajar adalah kegiatan-kegiatan belajar yang dilakukan dalam
mempelajari sesuatu, artinya kegiatan-kegiatan yang seharusnya dilakukan dalam
situasi belajar tertentu. Umumnya dalam situasi tertentu diperlukan cara
belajar tertentu pula. Cara belajar
merupakan suatu kemampuan dalam melakukan kegiatan-kegiatan yang membawa kepada
pengalaman tertentu melalui latihan, sehingga terjadi perubahan-perubahan yang
positif. Jadi untuk memperoleh hasil belajar yang baik maka diperlukan cara
belajar yang baik pula.
Sedangkan yang disebut belajar efektif adalah kegiatan-kegiatan
yang dilakukan melalui metode yang
sederhana, praktis, serta mudah diterapkan untuk dapat mencapai hasil belajar
yang optimal.
B. FAKTOR-FAKTOR
YANG MEMPENGARUHI BELAJAR EFEKTIF
Proses belajar merupakan suatu
kegiatan yang berkesinambungan atau berangkaian yang menyangkut berbagai faktor
dan situasi disekitarnya. Keberhasilan
belajar sangat tergantung terhadap faktor-faktor yang mempengaruhinya. Faktor-faktor yang mempengaruhi proses dan
hasil belajar banyak sekali, bisa berupa alat pengajaran, guru, interaksi
belajar, lingkungan atau dari diri sendiri.
Dalam buku karangan Muhibbin syah, “Psikologi
Pendidikan”, faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa secara global
dapat dibedakan ke dalam tiga macam, yaitu:
- Faktor
internal (faktor dari dalam siswa), yaitu keadaan atau kondisi jasmani dan
rohani siswa.
- faktor
eksternal (faktor dari luar siswa), yaitu kondisi lingkungan di sekitar
siswa.
- Faktor
pendekatan belajar (approach to learning), yaitu jenis upaya
belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa untuk
melakukan kegiatan pembelajaran materi pelajaran.
1.
Faktor Internal.
Faktor internal terdiri dari dua aspek yaitu aspek
pisiologis dan aspek psikologis.
A.
Aspek Pisiologis
Aspek pisiologis sangat berpengaruh pada
proses belajar, biasanya aspek ini dilihat dari kesehatan jasmani, baik kondisi
fisik dan kondisi panca indera. Misalnya kebugaran dapat berpengaruh terhadap
semangat dan intensitas anak dalam mengikuti pelajaran. Kondisi organ-organ khusus, seperti mata dan
telinga, juga sangat mempengaruhi kemampuan anak dalam menyerap informasi
pengetahuan, khususnya yang disajikan di kelas.
Burton (1952 : 633-640), juga
mengungkapkan aspek pisiologis yang mempengaruhi proses dan hasil belajar,
antara lain;
a.
Suatu pusat susunan syaraf tidak
berkembang secara sempurna karena luka atau cacat, atau sakit sehingga sering
mambawa gangguan emosional.
b.
Pancaindara (mata, telinga, alat bicara
dan sebagainya) yang berkembang kurang sempurna atau sakit sehingga menyulitkan
proses interaksi secara efektif.
c.
Ketidak seimbangan perkembangan dan
reproduksi serta berfungsinya kelenjar-kelenjar tubuh sering membawa
kelainan-kelainan prilaku (kurang terkoordinasikan dan sebagainya).
d.
Cacat tubuh atau pertumbuhan yang
kurang sempurna, organ dan anggota-anggota badan (tangan, kaki, dan sebagainya)
sering pula membawa ketidak stabilan mental dan emosional.
e.
Penyakit menahun, seperti asma, dapat
menghambat usaha-usaha belajar secara optimal.
B.
Aspek psikologis
Banyak faktor yang termasuk aspek
psikologis yang mempengaruhi kuantitas dan kualitas perolehan pembelajaran
anak. Namun diantara faktor-faktor
psikologis anak yang pada umumnya dipandang lebih esensial itu adalah sebagai
berikut; 1) tingkat kecerdasan atau intelegensi , 2) sikap , 3) bakat , 4) minat
, 5) motivasi.
Begitu pula menurut Burton yang
dikategorikan terhadap beberapa kelemahan, yaitu:
a.
Kelemahan-kelemahan secara mental yang
sukar diatasi oleh individu yang bersangkutan dan juga oleh pendidikan, antara
lain kelemahan mental, kurang minat, kebimbangan dan sebagainya.
b.
Kelemahan-kelemahan emosional, seperti
perasaan tidak aman, penyesuaian yang salah, tertekan rasa phobia dan
ketidak matangan.
c.
Kelemahan-kelemahan yang disebabkan
oleh kebiasaan dan sikap yang salah, antara lain : sering bolos atau tidak
mengikuti pelajaran, nervous, kurang kooperatif dan menghindari tanggung
jawab, dan sebagainya.
d.
Tidak memiliki
keterampilan-keterampilan dan pengetahuan dasar yang tidak diperlukan, seperti
: ketidak mampuan membaca, berhitung atau memiliki kebiasaan belajar dan cara
bekerja yang salah.
2.
Faktor Eksternal.
Faktor eksternal anak merupakan faktor
kedua yang mempengaruhi proses dan hasil belajar, faktor eksternal anak terdiri
atas dua macam, yakni: faktor lingkungan sosial dan faktor lingkungan non
sosial.
A.
Lingkungan sosial
Lingkungan sosial terdiri dari berbagai
lingkungan seperti lingkungan sekolah (para guru, staf administrasi, dan
teman-teman sekelas). Lingkungan sekolah
ini sangat berpengaruh terhadap semangat dan motivasi belajar anak. Lingkungan sosial kedua yaitu masyarakat dan
juga teman- teman sepermainan di lingkingan anak tersebut. Lingkungan sosial yang lebih besar
pengaruhnya terhadap belajar anak ialah orang tua dan keluarga, dimana
lingkungan keluarga ini mencakup sifat-sifat orang tua, praktik pengelolaan
keluarga, ketegangan keluarga, dan demografi keluarga, semuanya itu dapat
memberikan dampak baik dan buruk terhadap kegiatan belajar dan hasil yang
dicapai anak.
B.
Lingkungan nonsosial
Faktor eksternal lain yaitu lingkungan
nonsosial. Lingkungan nonsosial ini
meliputi gedung sekolah dan letaknya, rumah tempat tinggal keluarga dan
letaknya, alat-alat belajar, keadaan cuaca dan waktu belajar yang digunakan
anak, dimana faktor-faktor ini dipandang turut menentukan tingkat keberhasilan
belajar.
3.
Faktor pendekatan belajar.
Tiap orang punya
gaya belajar masing-masing. Secara umum gaya belajar seseorang dapat dibedakan
menjadi 3 kategori
- Auditory : orang yang termasuk dalam tipe ini mengandalkan
indera pendengarannya saat belajar. Di sekolah misalnya, orang tipe auditory
ini akan lebih mengerti pelajaran saat guru “memberi banyak penjelasan”
di depan kelas. Orang bertipe auditory umumnya akan mengeluarkan
suara ketika menghafal sesuatu. Dia butuh sesuatu yang didengarkan oleh
indera pendengarannya bahkan ketika dia sedang belajar sendirian.
- Visual : orang dengan gaya belajar visual akan
mengandalkan penglihatannya saat belajar. teorinya seperti ini =
“tunjukkan pada saya dan saya akan mengerti”. Biasanya orang tipe ini
senang belajar dengan membaca (diam), memperhatikan orang mengerjakan
sesuatu (senang diberi contoh).
- Kinesthetic : tipe belajar ini menggunakan indera peraba, dengan
merasakan sesuatu menggunakan indera peraba (tangan). Orang dengan tipe kinesthetic
ini harus aktif mengerjakan sesuatu agar dapat mengerti, daripada sekadar
duduk diam membaca atau duduk diam mendengarkan guru mengajar. Dengan tipe
ini, orang butuh praktek ketika mempelajari sesuatu.
Berikut merupakan keterampilan-keterampilan khusus dalam belajar
1. Mendengarkan.
Mendengarkan merupakan tugas pelajar. Tidak setiap orang dapat memanfaatkan situasi
ini untuk belajar. Bahkan pelajar yang
diam mendengarkan ceramah itu mesti belajar.
Apabila hal mendengarkan mereka tidak didorong oleh kebutuhan, motivasi,
dan tujuan tertentu, maka sia-sialah pekerjaan mereka. Tujuan belajar mereka tidak tercapai karena
tidak adanya set-set yang tepat untuk belajar.
Apabila
seseorang mendengarkan dengan sikap tertentu untuk mencapai tujuan belajar,
maka orang itu adalah belajar. Melalui
pendengarannya, ia berinteraksi dengan lingkungan sehingga dirinya berkembang.
2. Memandang.
Memandang merupakan aktivitas belajar jika memandang itu
didasari oleh kebutuhan, motivasi, serta siklap tertentu untuk mencapai suatu
tujuan. Apabila kita memandang segala
sesuatu dengan sikap tertentu untuk mencapai tujuan yang mengakibatkan perkembangan
diri kita, maka dalam hal yang demikian kita sudah belajar.
3. Meraba, membau, dan
mencicipi/mencecap.
Meraba, membau, dan mencecap adalah aktivitas sensoris
seperti halnya pada mendengarkan dan memandang.
Segenap stimulus yang dapat diraba, dicium, dan dicecap merupakan
situasi yang memberi seseorang untuk belajar.
Hal aktivitas meraba, aktivitas membau, ataupun aktivitas mencecap dapat
dikatakan belajar, apabila aktivitas-aktivitas itu didorong oleh kebutuhan,
motivasi untuk mencapai tujuan dengan menggunakan sikap tertentu untuk memperoleh
perubahan tingkah laku.
4. Mencatat dan
Menulis.
Empat tahap dalam
mebuat tulisan , yaitu:
a)
Tahap persiapan (prapenulisan)
adalah ketika pembelajar menyiapkan diri, mengumpulkan informasi, merumuskan
masalah, menentukan fokus, mengolah informasi, menarik tafsiran dan inferensi
terhadap realitas yang dihadapinya, berdiskusi, membaca, mengamati, dan
lain-lain yang memperkaya masukan kognitifnya yang akan diproses selanjutnya.
b)
Tahap inkubasi
adalah ketika pembelajar memproses informasi yang dimilikinya sedemikian rupa,
sehingga mengantarkannya pada ditemukannya pemecahan masalah atau jalan keluar
yang dicarinya
c)
Tahap iluminasi adalah
ketika datangnya inspirasi atau insight, yaitu gagasan datang tiba-tiba
dan berloncatan dari pikiran kita. Pada saat ini, apa yang telah lama kita
pikirkan menemukan pemecahan masalah atau jalan keluar. Iluminasi tidak
mengenal tempat atau waktu. Ia bisa datang ketika kita duduk di kursi, sedang
mengendarai mobil, sedang berbelanja di pasar atau di supermarket, sedang
makan, sedang mandi, dan lain-lain. Seringkali orang menganggap iluminasi ini
sebagai ilham. Padahal, sesungguhnya ia telah lama atau pernah memikirkannya.
Secara kognitif, apa yang dikatakan ilham tidak lebih dari proses berpikir
kreatif. Ilham tidak datang dari kevakuman tetapi dari usaha dan ada masukan
sebelumnya terhadap referensi kognitif seseorang.
5. Tahap
terakhir yaitu verifikasi / evaluasi, apa yang dituliskan
sebagai hasil dari tahap iluminasi itu diperiksa kembali, diseleksi, dan
disusun sesuai dengan fokus tulisan. Mungkin ada bagian yang tidak perlu
dituliskan, atau ada hal-hal yang perlu ditambahkan, dan lain-lain. Mungkin juga
ada bagian yang mengandung hal-hal yang peka, sehingga perlu dipilih kata-kata
atau kalimat yang lebih sesuai, tanpa menghilangkan esensinya
6. Membaca.
Membaca adalah proses
linguistik. Untuk dapat membaca dengan baik, pembaca harus memahami sintaks dan
semantik bahasa dan harus memiliki pengetahuan tentang abjad dan memiliki
kesadaran tentang aspek-aspek tertentu dari struktur linguistik bahasaAda
beberapa hal yang harus dilakukan sebelum membaca agar dapat membaca secara
berkesan, yaitu :
1. Pilih
masa belajar yang sesuai. Waktu belajar yang paling sesuai ialah ketika
kurangnya gangguan terhadap tumpuan. Badan tidak letih dan perut tidak
terlalu kenyang. Wastu subuh adalah merupakan waktu yang paling ideal
untuk belajar.
2. Pilih
suasana yang sesuai. Iaitu suasana yang terang, kemas, bersih, nyaman,
tenang dan tersusun.
3. Pastikan
kedudukan badan yang betul dengan buku dijarakkan lebih kurang satu kaki dari
mata.
4. Dahulukan
dengan bacaan Bismillah dan doa agar diterangkan hati.
Berbagai cara membaca,
ada tiga cara tergantung pada tujuan pembacaan yang dilakukan, yaitu :
- Membaca
untuk hiburan. Membaca untuk tujuan berhibur tidak memerlukan
daya tumpuan yang tinggi. Bahan-bahan yang biasa dibaca ialah
majalah, komik, novel, cerpen, dan sebagainya.
- Membaca
untuk mencari pengetahuan tertentu. Ada ketikanya anda membaca
semata-mata untuk mencari pengetahuan yang tertentu. Anda boleh
membaca selintas dan harus mencari lokasi sejarah yang dicari.
- Membaca
secara kritikal. Membaca cara ini perlu apabila anda membaca untuk
konsep, istilah, logik dan sebagainya. Membaca secara kritikal
adalah kaedah yang betul ketika menelaah mata pelajaran anda. Dengan
menggunakan pendekatan ini, belajar nyata lebih seronok dan tidak membosankan.
Minat juga mula terbit apabila anda mula memahami isi kandungan yang
dibaca.
7. Membuat ikhtisar atau ringkasan, dan
menggaris bawahi.
Ikhtisar atau ringkasan dapat membantu kita dalam hal
mengingat atau mencari kembali materi dalam buku untuk masa-masa yang akan
datang. Untuk keperluan belajar yang
intensif, bagai manapun juga hanya membuat ikhtisar adalah belum cukup. Sementara membaca, pada hal-hal yang penting
kita beri garis bawah. Hal ini akan
membantu kita untuk menemukan kembali material itu di kemudian hari.
8. Menyusun paper atau kertas kerja.
Dalam membuat paper, rumusan topik paper merupakan hal yang
paling utama. Paper yang baik memerlukan
perencanaan yang masak dengan terlebih dahulu mengumpulkan ide-ide yang
menunjang serta penyediaan sumber-sumber yang relevan.
9. Mengingat dan menghapal
Mengingat yang
didasari oleh kebutuhan serta kesadaran untuk mencapai tujuan belajar lebih
lanjut adalah termasuk aktivitas
belajar, apalagi jika mengingat tersebut berhubungan dengan aktivitas-aktivitas
belajar lainnya.
Menghafal adalah
suatu aktivitas menanamkan suatu materi verbal didalam ingatan, sehingga
nantinya dapat diproduksikan (diingat) kembali secar harfiah, sesuai dengan
materi yang asli. Peristiwa menghafal merupakan proses mental untuk menyimapan
kesan-kesan, yang nantinya suatu waktu bila diperlukan dapat diingat kembali ke
alam sadar.
Ciri khas dari hasil
keterampilan menghafal adalah reproduksi secara harfiah dan adanya skema
kognitif (dalam ingatan akan tersimpan secara baik informasi yang telah
diterima). Dalam menghafal, ada beberapa syarat yang perlu diperhatikan yaitu
mengenai tujuan, pengertian, perhatian, dan ingatan. Efektif tidaknya dalam
menghafal dipengaruhi oleh syarat-syarta tersebut. Menghafal tanpa tujuan
menjadi tidak terarah, menghafal tanpa pengerian menjadi kabue, menghafal tanpa
perhatian adalah kacau dan menghafal tanpa ingatan adalah sia-sia.
10.
Keterampilan
Mengatasi Kejenuhan
Keterampilan mengatasi
kejenuhan dapat berupa melakukan istirahat yang cukup, mengatur
ulang jadwal belajar, menata ulang lingkungan belajar, mengerjakan
kesenangan/minat untuk mengisi waktu luang untuk berapa saat, mencari simulasi
baru agar lebih terdorong untuk belajar, dan menguatkan tekad dalam diri.
11.
Keterampilan
Membangkitkan Motivasi Belajar
Keterampilan membangkitkan
motivasi, dapat ditempuh melalui upaya merumuskan tujuan belajar
secara spesifik, menimbulkan minat, melibatkan seluruh aspek dan sumber
belajar, mengaitkan pengalaman belajar dengan realitas kehidupan sehari-hari,
dan nikmatilah setiap kemajuan.
12.
Keterampilan
Mengerjakan Tes
Kadangkala siswa gagal
dalam ujian bukan disebabkan oleh ketidaktahuan melainkan oleh kekeliruan dalam
strategi mengerjakan tes. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan siswa dalam
mengerjakan tes yaitu sebelum menjawab tulislah pokok-pokok/atau garis besar
jawaban, jawablah dengan tepat dan lengkap, mulailah mengerjakan soal yang
mudah, hati-hati mengubah jawaban, jangan tergesa-gesa, catat kesan pertama
jawaban, dan periksa kembali jawaban.
13.
Keterampilan
Mempersiapkan Ujian
Ujian yang dihadapi
siswa tidak hanya menuntut kemampuan akademis, tetapi sikap mental juga sangat menentukan. Beberapa
hal yang perlu diperhatikan siswa dalam mempersiapkan diri menghadapi ujian
adalah persiapkan mental sedemikian rupa, menjaga kesehatan tubuh, dan percaya
terhadap kemampuan diri sendiri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar