Kamis, 03 Oktober 2013

BELAJAR EFEKTIF

A.    BELAJAR EFEKTIF
Setiap siswa di sekolah sudah tentu ingin mencapai prestasi belajar semaksimal mungkin. Prestasi belajar yang maksimal merupakan jalan yang dapat memudahkan proses kelanjutan studi dan pencapaian cita-cita. Akan tetapi, usaha untuk itu tidak selalu mudah. Tidak sedikit siswa mengalami berbagai hambatan atau kesulitan dalam proses belajar mereka. Hambatan atau kesulitan belajar tentu saja dapat mengakibatkan kegagalan dalam mencapai prestasi yang maksimal.
Cara belajar adalah kegiatan-kegiatan belajar yang dilakukan dalam mempelajari sesuatu, artinya kegiatan-kegiatan yang seharusnya dilakukan dalam situasi belajar tertentu. Umumnya dalam situasi tertentu diperlukan cara belajar tertentu pula. Cara belajar merupakan suatu kemampuan dalam melakukan kegiatan-kegiatan yang membawa kepada pengalaman tertentu melalui latihan, sehingga terjadi perubahan-perubahan yang positif. Jadi untuk memperoleh hasil belajar yang baik maka diperlukan cara belajar yang baik pula.
Sedangkan yang disebut belajar efektif adalah kegiatan-kegiatan yang dilakukan melalui  metode yang sederhana, praktis, serta mudah diterapkan untuk dapat mencapai hasil belajar yang optimal.

B.     FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI BELAJAR EFEKTIF
Proses belajar merupakan suatu kegiatan yang berkesinambungan atau berangkaian yang menyangkut berbagai faktor dan situasi disekitarnya.  Keberhasilan belajar sangat tergantung terhadap faktor-faktor yang mempengaruhinya.  Faktor-faktor yang mempengaruhi proses dan hasil belajar banyak sekali, bisa berupa alat pengajaran, guru, interaksi belajar, lingkungan atau dari diri sendiri.
Dalam buku karangan Muhibbin syah, “Psikologi Pendidikan”, faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa secara global dapat dibedakan ke dalam tiga macam, yaitu:
  1. Faktor internal (faktor dari dalam siswa), yaitu keadaan atau kondisi jasmani dan rohani siswa.
  2. faktor eksternal (faktor dari luar siswa), yaitu kondisi lingkungan di sekitar siswa.
  3. Faktor pendekatan belajar (approach to learning), yaitu jenis upaya belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan pembelajaran materi pelajaran.
1.    Faktor Internal.
Faktor internal terdiri dari dua aspek yaitu aspek pisiologis dan aspek psikologis.
A.       Aspek Pisiologis
Aspek pisiologis sangat berpengaruh pada proses belajar, biasanya aspek ini dilihat dari kesehatan jasmani, baik kondisi fisik dan kondisi panca indera. Misalnya kebugaran dapat berpengaruh terhadap semangat dan intensitas anak dalam mengikuti pelajaran.  Kondisi organ-organ khusus, seperti mata dan telinga, juga sangat mempengaruhi kemampuan anak dalam menyerap informasi pengetahuan, khususnya yang disajikan di kelas.
Burton (1952 : 633-640), juga mengungkapkan aspek pisiologis yang mempengaruhi proses dan hasil belajar, antara lain;
a.         Suatu pusat susunan syaraf tidak berkembang secara sempurna karena luka atau cacat, atau sakit sehingga sering mambawa gangguan emosional.
b.        Pancaindara (mata, telinga, alat bicara dan sebagainya) yang berkembang kurang sempurna atau sakit sehingga menyulitkan proses interaksi secara efektif.
c.         Ketidak seimbangan perkembangan dan reproduksi serta berfungsinya kelenjar-kelenjar tubuh sering membawa kelainan-kelainan prilaku (kurang terkoordinasikan dan sebagainya).
d.        Cacat tubuh atau pertumbuhan yang kurang sempurna, organ dan anggota-anggota badan (tangan, kaki, dan sebagainya) sering pula membawa ketidak stabilan mental dan emosional.
e.         Penyakit menahun, seperti asma, dapat menghambat usaha-usaha belajar secara optimal.
B.       Aspek psikologis
Banyak faktor yang termasuk aspek psikologis yang mempengaruhi kuantitas dan kualitas perolehan pembelajaran anak.  Namun diantara faktor-faktor psikologis anak yang pada umumnya dipandang lebih esensial itu adalah sebagai berikut; 1) tingkat kecerdasan atau intelegensi , 2) sikap , 3) bakat , 4) minat , 5) motivasi.
Begitu pula menurut Burton yang dikategorikan terhadap beberapa kelemahan, yaitu:
a.         Kelemahan-kelemahan secara mental yang sukar diatasi oleh individu yang bersangkutan dan juga oleh pendidikan, antara lain kelemahan mental, kurang minat, kebimbangan dan sebagainya.
b.        Kelemahan-kelemahan emosional, seperti perasaan tidak aman, penyesuaian yang salah, tertekan rasa phobia dan ketidak matangan.
c.         Kelemahan-kelemahan yang disebabkan oleh kebiasaan dan sikap yang salah, antara lain : sering bolos atau tidak mengikuti pelajaran, nervous, kurang kooperatif dan menghindari tanggung jawab, dan sebagainya.
d.        Tidak memiliki keterampilan-keterampilan dan pengetahuan dasar yang tidak diperlukan, seperti : ketidak mampuan membaca, berhitung atau memiliki kebiasaan belajar dan cara bekerja yang salah.

2.    Faktor Eksternal.
Faktor eksternal anak merupakan faktor kedua yang mempengaruhi proses dan hasil belajar, faktor eksternal anak terdiri atas dua macam, yakni: faktor lingkungan sosial dan faktor lingkungan non sosial.
A.       Lingkungan sosial
Lingkungan sosial terdiri dari berbagai lingkungan seperti lingkungan sekolah (para guru, staf administrasi, dan teman-teman sekelas).  Lingkungan sekolah ini sangat berpengaruh terhadap semangat dan motivasi belajar anak.  Lingkungan sosial kedua yaitu masyarakat dan juga teman- teman sepermainan di lingkingan anak tersebut.  Lingkungan sosial yang lebih besar pengaruhnya terhadap belajar anak ialah orang tua dan keluarga, dimana lingkungan keluarga ini mencakup sifat-sifat orang tua, praktik pengelolaan keluarga, ketegangan keluarga, dan demografi keluarga, semuanya itu dapat memberikan dampak baik dan buruk terhadap kegiatan belajar dan hasil yang dicapai anak.
B.       Lingkungan nonsosial
Faktor eksternal lain yaitu lingkungan nonsosial.  Lingkungan nonsosial ini meliputi gedung sekolah dan letaknya, rumah tempat tinggal keluarga dan letaknya, alat-alat belajar, keadaan cuaca dan waktu belajar yang digunakan anak, dimana faktor-faktor ini dipandang turut menentukan tingkat keberhasilan belajar.



3.    Faktor pendekatan belajar.

Tiap orang punya gaya belajar masing-masing. Secara umum gaya belajar seseorang dapat dibedakan menjadi 3 kategori
  1. Auditory : orang yang termasuk dalam tipe ini mengandalkan indera pendengarannya saat belajar. Di sekolah misalnya, orang tipe auditory ini akan lebih mengerti pelajaran saat guru “memberi banyak penjelasan” di depan kelas. Orang bertipe auditory umumnya akan mengeluarkan suara ketika menghafal sesuatu. Dia butuh sesuatu yang didengarkan oleh indera pendengarannya bahkan ketika dia sedang belajar sendirian.
  2. Visual : orang dengan gaya belajar visual akan mengandalkan penglihatannya saat belajar. teorinya seperti ini = “tunjukkan pada saya dan saya akan mengerti”. Biasanya orang tipe ini senang belajar dengan membaca (diam), memperhatikan orang mengerjakan sesuatu (senang diberi contoh).
  3. Kinesthetic : tipe belajar ini menggunakan indera peraba, dengan merasakan sesuatu menggunakan indera peraba (tangan). Orang dengan tipe kinesthetic ini harus aktif mengerjakan sesuatu agar dapat mengerti, daripada sekadar duduk diam membaca atau duduk diam mendengarkan guru mengajar. Dengan tipe ini, orang butuh praktek ketika mempelajari sesuatu.

Berikut merupakan keterampilan-keterampilan khusus dalam belajar
1.      Mendengarkan.
Mendengarkan merupakan tugas pelajar.  Tidak setiap orang dapat memanfaatkan situasi ini untuk belajar.  Bahkan pelajar yang diam mendengarkan ceramah itu mesti belajar.  Apabila hal mendengarkan mereka tidak didorong oleh kebutuhan, motivasi, dan tujuan tertentu, maka sia-sialah pekerjaan mereka.  Tujuan belajar mereka tidak tercapai karena tidak adanya set-set yang tepat untuk belajar.
Apabila seseorang mendengarkan dengan sikap tertentu untuk mencapai tujuan belajar, maka orang itu adalah belajar.  Melalui pendengarannya, ia berinteraksi dengan lingkungan sehingga dirinya berkembang.


2.      Memandang.
Memandang merupakan aktivitas belajar jika memandang itu didasari oleh kebutuhan, motivasi, serta siklap tertentu untuk mencapai suatu tujuan.  Apabila kita memandang segala sesuatu dengan sikap tertentu untuk mencapai tujuan yang mengakibatkan perkembangan diri kita, maka dalam hal yang demikian kita sudah belajar.

3.      Meraba, membau, dan mencicipi/mencecap.
Meraba, membau, dan mencecap adalah aktivitas sensoris seperti halnya pada mendengarkan dan memandang.  Segenap stimulus yang dapat diraba, dicium, dan dicecap merupakan situasi yang memberi seseorang untuk belajar.  Hal aktivitas meraba, aktivitas membau, ataupun aktivitas mencecap dapat dikatakan belajar, apabila aktivitas-aktivitas itu didorong oleh kebutuhan, motivasi untuk mencapai tujuan dengan menggunakan sikap tertentu untuk memperoleh perubahan tingkah laku.

4.      Mencatat dan Menulis.
Empat tahap dalam mebuat tulisan , yaitu:
a)      Tahap persiapan (prapenulisan) adalah ketika pembelajar menyiapkan diri, mengumpulkan informasi, merumuskan masalah, menentukan fokus, mengolah informasi, menarik tafsiran dan inferensi terhadap realitas yang dihadapinya, berdiskusi, membaca, mengamati, dan lain-lain yang memperkaya masukan kognitifnya yang akan diproses selanjutnya.
b)        Tahap inkubasi adalah ketika pembelajar memproses informasi yang dimilikinya sedemikian rupa, sehingga mengantarkannya pada ditemukannya pemecahan masalah atau jalan keluar yang dicarinya
c)        Tahap iluminasi adalah ketika datangnya inspirasi atau insight, yaitu gagasan datang tiba-tiba dan berloncatan dari pikiran kita. Pada saat ini, apa yang telah lama kita pikirkan menemukan pemecahan masalah atau jalan keluar. Iluminasi tidak mengenal tempat atau waktu. Ia bisa datang ketika kita duduk di kursi, sedang mengendarai mobil, sedang berbelanja di pasar atau di supermarket, sedang makan, sedang mandi, dan lain-lain. Seringkali orang menganggap iluminasi ini sebagai ilham. Padahal, sesungguhnya ia telah lama atau pernah memikirkannya. Secara kognitif, apa yang dikatakan ilham tidak lebih dari proses berpikir kreatif. Ilham tidak datang dari kevakuman tetapi dari usaha dan ada masukan sebelumnya terhadap referensi kognitif seseorang.
5.      Tahap terakhir yaitu verifikasi / evaluasi, apa yang dituliskan sebagai hasil dari tahap iluminasi itu diperiksa kembali, diseleksi, dan disusun sesuai dengan fokus tulisan. Mungkin ada bagian yang tidak perlu dituliskan, atau ada hal-hal yang perlu ditambahkan, dan lain-lain. Mungkin juga ada bagian yang mengandung hal-hal yang peka, sehingga perlu dipilih kata-kata atau kalimat yang lebih sesuai, tanpa menghilangkan esensinya

6.      Membaca.
Membaca adalah proses linguistik. Untuk dapat membaca dengan baik, pembaca harus memahami sintaks dan semantik bahasa dan harus memiliki pengetahuan tentang abjad dan memiliki kesadaran tentang aspek-aspek tertentu dari struktur linguistik bahasaAda beberapa hal yang harus dilakukan sebelum membaca agar dapat membaca secara berkesan, yaitu :
1.      Pilih masa belajar yang sesuai.  Waktu belajar yang paling sesuai ialah ketika kurangnya gangguan terhadap tumpuan.  Badan tidak letih dan perut tidak terlalu kenyang.  Wastu subuh adalah merupakan waktu yang paling ideal untuk belajar.
2.      Pilih suasana yang sesuai.  Iaitu suasana yang terang, kemas, bersih, nyaman, tenang dan tersusun.
3.      Pastikan kedudukan badan yang betul dengan buku dijarakkan lebih kurang satu kaki dari mata.
4.      Dahulukan dengan bacaan Bismillah dan doa agar diterangkan hati.
Berbagai cara membaca, ada tiga cara tergantung pada tujuan pembacaan yang dilakukan, yaitu :
  1. Membaca untuk hiburan.  Membaca untuk tujuan berhibur tidak memerlukan daya tumpuan yang tinggi.  Bahan-bahan yang biasa dibaca ialah majalah, komik, novel, cerpen, dan sebagainya.
  2. Membaca untuk mencari pengetahuan tertentu.  Ada ketikanya anda membaca semata-mata untuk mencari pengetahuan yang tertentu.  Anda boleh membaca selintas dan harus mencari lokasi sejarah yang dicari. 
  3. Membaca secara kritikal.  Membaca cara ini perlu apabila anda membaca untuk konsep, istilah, logik dan sebagainya.  Membaca secara kritikal adalah kaedah yang betul ketika menelaah mata pelajaran anda.  Dengan menggunakan pendekatan ini, belajar nyata lebih seronok dan tidak membosankan.  Minat juga mula terbit apabila anda mula memahami isi kandungan yang dibaca.

7.      Membuat ikhtisar atau ringkasan, dan menggaris bawahi.
Ikhtisar atau ringkasan dapat membantu kita dalam hal mengingat atau mencari kembali materi dalam buku untuk masa-masa yang akan datang.  Untuk keperluan belajar yang intensif, bagai manapun juga hanya membuat ikhtisar adalah belum cukup.  Sementara membaca, pada hal-hal yang penting kita beri garis bawah.  Hal ini akan membantu kita untuk menemukan kembali material itu di kemudian hari.

8.      Menyusun paper atau kertas kerja.
Dalam membuat paper, rumusan topik paper merupakan hal yang paling utama.  Paper yang baik memerlukan perencanaan yang masak dengan terlebih dahulu mengumpulkan ide-ide yang menunjang serta penyediaan sumber-sumber yang relevan.

9.      Mengingat dan menghapal
Mengingat yang didasari oleh kebutuhan serta kesadaran untuk mencapai tujuan belajar lebih lanjut  adalah termasuk aktivitas belajar, apalagi jika mengingat tersebut berhubungan dengan aktivitas-aktivitas belajar lainnya.
Menghafal adalah suatu aktivitas menanamkan suatu materi verbal didalam ingatan, sehingga nantinya dapat diproduksikan (diingat) kembali secar harfiah, sesuai dengan materi yang asli. Peristiwa menghafal merupakan proses mental untuk menyimapan kesan-kesan, yang nantinya suatu waktu bila diperlukan dapat diingat kembali ke alam sadar.
Ciri khas dari hasil keterampilan menghafal adalah reproduksi secara harfiah dan adanya skema kognitif (dalam ingatan akan tersimpan secara baik informasi yang telah diterima). Dalam menghafal, ada beberapa syarat yang perlu diperhatikan yaitu mengenai tujuan, pengertian, perhatian, dan ingatan. Efektif tidaknya dalam menghafal dipengaruhi oleh syarat-syarta tersebut. Menghafal tanpa tujuan menjadi tidak terarah, menghafal tanpa pengerian menjadi kabue, menghafal tanpa perhatian adalah kacau dan menghafal tanpa ingatan adalah sia-sia.

10.    Keterampilan Mengatasi Kejenuhan
Keterampilan mengatasi kejenuhan   dapat berupa melakukan istirahat yang cukup, mengatur ulang jadwal belajar, menata ulang lingkungan belajar, mengerjakan kesenangan/minat untuk mengisi waktu luang untuk berapa saat, mencari simulasi baru agar lebih terdorong untuk belajar, dan menguatkan tekad dalam diri.

11.    Keterampilan Membangkitkan Motivasi Belajar
Keterampilan membangkitkan motivasi,  dapat ditempuh melalui upaya  merumuskan tujuan belajar secara spesifik, menimbulkan minat, melibatkan seluruh aspek dan sumber belajar, mengaitkan pengalaman belajar dengan realitas kehidupan sehari-hari, dan nikmatilah setiap kemajuan.

12.    Keterampilan Mengerjakan Tes
Kadangkala siswa gagal dalam ujian bukan disebabkan oleh ketidaktahuan melainkan oleh kekeliruan dalam strategi mengerjakan tes. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan siswa dalam mengerjakan tes yaitu sebelum menjawab tulislah pokok-pokok/atau garis besar jawaban, jawablah dengan tepat dan lengkap, mulailah mengerjakan soal yang mudah, hati-hati mengubah jawaban, jangan tergesa-gesa, catat kesan pertama jawaban, dan periksa kembali jawaban.

13.    Keterampilan Mempersiapkan Ujian
Ujian yang dihadapi siswa tidak hanya menuntut kemampuan akademis, tetapi  sikap mental juga sangat menentukan. Beberapa hal yang perlu diperhatikan siswa dalam mempersiapkan diri menghadapi ujian adalah persiapkan mental sedemikian rupa, menjaga kesehatan tubuh, dan percaya terhadap kemampuan diri sendiri.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar